Friday, November 27, 2015

Ragu.

Perasaan ketika dikhianati memang ngga akan bisa mati. Walau sudah mencoba ikhlas untuk memaafkan, tetap saja lukanya masih tetap ada di salah satu sudut hati. Hari sudah banyak berlalu semenjak waktu itu, waktu dimana jantungku berhenti berdegup untuk beberapa saat, masa dimana aku tidak bisa berpikir apa-apa seakan otak ini kram untuk sepersekian detik. Aku hanya bisa diam dan menjauh pergi.... Aku tidak tahu harus berbuat apa... Berkata apa... Yang jelas hatiku hancur, luruh seluruhnya. Aku tak  habis fikir orang yang aku sayangi, aku banggakan di depan teman-temanku, yang aku percayai malah berkhianat. Sialnya, aku meninggalkan laki-laki yang dulu tidak pernah mengkhianatiku dengan perempuan lain hanya karena dia. Namun aku tak mau membandingkan mereka karena setiap orang berbeda. Aku hanya merasa... Bodoh. Bodoh karena terlalu percaya, bodoh karena terlalu yakin bahwa dia baik segala-galanya, bodoh karena mau dibodohi, lebih bodohnya lagi aku terlalu cinta. Entah apa yang aku pikirkan saat itu sehingga aku mau saja memaafkan dan kembali berjalan beriringan. Entah apa yang aku harapkan dari hubungan yang pernah rusak ini. Entah apa yang akan terjadi esok hari... Aku tak pernah lagi membahas tentang pernikahan dengan dia. Simply karena aku belum yakin untuk berkomitmen....dengan dia. Ada segurat ragu dalam benak yang selalu membuatku enggan untuk memikirkan tentang pernikahan. Aku bukannya belum memaafkan atau menyimpan benci kepada dia, aku hanya.....ragu. Keraguan itu kerap kali muncul bahkan disaat aku sedang tertawa bahagia bersama dia. Entah perasaan apa ini...aku hanya ragu. Itu saja.