Friday, January 24, 2014

Priceless

When we spend time together....
Laugh together.




When you hold my hand.
And you looking deep into my eyes.




When you hug me tight.
Then kissed my forehead gently.





Without you told me that you love me, I already know it.



Cause with you, love is so real.




The little things you do, its priceless :)

Yakin Saja...


Yakin saja...
Kelak kita akan punya rumah sendiri.
Rumah yang nyaman penuh kehangatan, meski tak semegah istana para raja.



Yakin saja...
Suatu pagi di akhir tidurmu...
Kau akan ku bangunkan dengan satu kecupan hangat di keningmu.
Yang kemudian kau sambut dengan pelukan mesra yg melingkar di pinggangku.


 
Yakin saja...
Suatu saat nanti...
Kepulanganmu akan selalu dinanti oleh anak-anak kita di beranda rumah.
Menyambut ayahnya yang pergi mencari nafkah dengan penuh suka cita.


 
Yakin saja...
Kita pasti bisa pergi ke Paris suatu hari nanti.
Melewati malam manis nan  romantic.
Dengan tangan yang terus saling menggenggam di bawah gerimis.

 

 
Yakin saja...
Semua mimpi kita akan menjadi nyata.
Meski semua takkan mudah.
Selama kita bersama, segalanya akan menjadi lebih indah.

 



Yakin saja :)





-Silvi-

Kepada Kamu Yang Aku Sayang


Kau tahu sayang, kenapa aku selalu suka menulis tentang kita dan cinta disini?
Karena bahagia ini tak mampu aku redam sendiri.
Sebab gempita dalam dada perlu disimpan dengan cara yang nyata.
Karena ketika mulut sudah tak sanggup untuk berkata, biarkan saja aksara yg bercerita.

 

 
 
 
Suatu hari nanti, ketika kau mulai bosan denganku.
Bukalah laman ini kapanpun kau mau.
Dari sini kau akan tahu bahwa kita pernah punya cinta yg menggebu-gebu.


  

Suatu saat nanti ketika engkau lelah menanti pesan singkatku yang tak kunjung kau dapati.
Baca kembali puisi-puisi yang aku tulis untukmu disini.
Karena setiap kalimat yang kau temui, berasal dari dalam hati.


 

 

Suatu hari ketika kau ingin beranjak pergi...
Singgahlah sebentar kemari.
Sajak-sajak ini, aku ingin engkau membacanya kembali.
Sebelum rasa itu benar-benar mati.







-Silvi-

Thursday, January 16, 2014

Sedikit Keajaiban Dari Sesuatu Yang Bernama Cinta.


Cinta.

Entah mengapa lima huruf itu bisa membuat orang tertawa bahagia tak terkira hingga terbahak-bahak menertawai kebodohannya sendiri.


Kadang membuat orang menagis tersedu-sedu karena tersakiti sampai menangis karena tak mampu menahan euphoria kegembiraan yang meletup-letup dalam dada.


Aneh ? 

mungkin bagi orang yang tak pernah benar-benar merasakan cinta.



Namun bagi orang yang sedang terbuai dalam balutan cinta, entah cinta yang bahagia atau menyesakkan dada, semua itu wajar adanya.



Betapa cinta mampu mengubah orang yang kaku menjadi lebih luwes.


Orang yang kasar perangainya seketika menjadi lembut.


Orang yang cuek secara pelahan menjadi lebih perhatian.


Orang yang bandel  mendadak jadi penurut.


Yang biasanya nggak sabaran bisa dengan senang hati menunggu.


Ajaib bukan?




Cinta memang tak mengubah segalanya, tapi segalanya menjadi lebih indah karena cinta.

Orang yang dulunya cuek, nggak memperhatikan penampilan, berpakaian seenaknya, pakai parfum sekenanya, dan nyisir rambut kalo inget bisa mendadak berubah jadi lebih concern sama urusan penampilan.

Dari muka, badan, pakaian, sepatu sampai parfum. Semua dia perhatikan.

Entah karena apa dia berubah, tak ada yang meminta. 


Mungkin semata-mata karena dorongan hati yang mencinta dan ingin membuat nyaman seseorang yang dicinta.


Sedahsyat itukah sihirnya?



Itu hanya satu contoh kecil perubahan pada seseorang yang sedang jatuh cinta.


Mau bukti lain? Lihatlah sekelilingmu, perhatikan temanmu yang sedang jatuh cinta. 


Pasti kamu melihat perbedaan dalam dirinya.


Masih belum percaya? 




Temukan cintamu sendiri dan rasakan bedanya.




Dari aku yang sedang jatuh cinta, Silvi.

Terbangun, dan Masih Mimpi...


Hei, ini masih pagi dan aku sudah kangen kamu, lagi.

 
Setengah hati aku membuka mata, seperti matahari yang masih enggan menampakkan diri.  
Dan kau tahu apa? Sesosok kamu yang pertama kali hinggap di pikiranku. 
 Lagi, dan lagi.....

Hey! Kamu apakan aku hingga seluruh otakku isinya kamu? Ah...kamu benar-benar membuatku gila!

Semalam tadi, malam panjang yang kita lalui bersama, menghabiskan waktu bersama.  
Melihat kelap-kelip lampu kota yang seakan ikut merayakan kebahagian kita malam itu. 
Indah sekali.


Kamu tahu, aku masih belum percaya bahwa ini benar-benar terjadi. 

Aku masih saja merasa seperti bemimpi kalau kamu adalah orang yang mampu menguasai hatiku. 

Aku masih tidak percaya bahwa akan ada pria yang mau menyayangiku secara utuh dengan segala rebek dan manjanya aku. 

Dan ya, ini benar-benar terjadi. 
Thanks God, its really happens


Senangnya disayang kamu. 

Kamu manis. 

Hehe..iya manis. 


Mungkin kamu bukan sosok pria romantis yang mampu merangkai kata-kata indah menjadi syair yang puitis. Tapi kamu mampu menenangkanku dengan caramu. 
Dengan kesederhanaan tutur katamu, aku justru melihat kejujuran yang terpancar jelas dari matamu. 


Kamu bukan pula sosok pria yang datang dengan membawa kejutan- kejutan manis. 
Bahkan lebih dari itu, kamu adalah kejutan terindah yang diberikan tuhan kepadaku. 


Kamu juga tidak pernah datang dengan membawa seikat bunga, 
namun hadirmu mampu memekarkan kembali bunga-bunga yang sempat layu dalam hatiku.


Aku selalu suka bagaimana caramu memperlakukan aku. 
Bagaimana kamu menggenggam tanganku, membelai rambutku, mengecup keningku. 
Manis sekali.   


Kau tahu, banyak sekali yang ingin aku katakan malam tadi. 
entah mengapa aku tak mampu berbicara apa-apa, hatiku sungguh bahagia dengan euphoria yang meletup-letup.
Namun rasanya semua cukup dengan pelukan erat sepanjang malam kita bersama.


Betapa aku tak ingin kehilangan kamu, 
betapa aku sangat bersyukur kepada tuhan karena menghadirkanmu dalam hidupku.


Setiap kali berjumpa, setiap kali bersua. 
Rasa itu tumbuh semakin liar-lagi dan lagi. 


Denganmu, aku jatuh cinta berkali-kali.

Aku tak berani memimpikan masa depan terlalu jauh, 
tapi satu yang perlu kamu tahu, 
bahwa aku sungguh bahagia dan bersyukur mendapat pengawalan hati olehmu. 

Aku hanya bisa berdoa semoga tuhan mengekalkan cinta kita sampai pada akhir yg bahagia. 
Doa yang sederhana, namun tak pernah lelah ku ucap ketika sujud. 
Boleh aku mendapat 'Amin' darimu? 


 -Nurihza Zulvi Muharammi -

Sunday, January 12, 2014

Yang Sebenarnya Terjadi…

Disini aku mau cerita jujur sejujur-sejujurnya tentang apa yang pernah aku lakukan yang bagi sebagian orang adalah kesalahan.


Meninggalkan orang yang bertahun-tahun menemaniku, menyayangiku, mencintaiku.

Jujur, aku pernah sangat mencintainya. Tapi itu dulu.

Sampai titik dimana aku merasa sangat jenuh.
Pada titik jenuh itulah aku mulai berpikir tentang apa yang aku jalani waktu itu dan bagaimana kita ke depannya.

Pada awalnya aku sangat optimis dengan apa yang aku jalani. Lalu lambat laun semuanya berubah. Aku tak tahu siapa yang berubah. Mungkin aku.

Ya, pemikiranku berubah. Menjadi lebih realistis. Tapi itulah yang terjadi padaku.

Bodohnya aku tak membicarakan semuanya dengan pasanganku, hanya ku simpan dan aku pikirkan seorang diri.

Berulang kali aku mencoba untuk menjalin hubungan dengan orang lain di dalam hubunganku dengan dia yang belum benar-benar berakhir.

Disini aku yang salah. Aku akui itu.

Setiap aku merasa cocok dengan laki-laki lain dan ‘dia’ juga merasa demikian, perlahan aku yang mundur teratur. Tahu kenapa? Karena aku tak yakin mereka mau menerima kekuranganku yang belum mereka ketahui. Ya, aku minder dengan diriku sendiri.

Hatiku kosong, aku menyadari bahwa perasaanku mulai menghilang. Akupun tak tahu mengapa ini bisa terjadi.

Bukankah aku dulu begitu menggebu-gebu mencintainya?  Tapi semua seakan terkikis sedikit demi sedikit. Aku tak berani mengakuinya karena takut menyakiti hatinya. Aku pikir lagi, berulang kali namun tetap tak sampai hati aku mengatakannya.

3 tahun kita melalui semuanya bersama-sama. Banyak hal yang kita lewati dan rasakan bersama. 3tahun itu pula yang membuatku berpikir berulang kali untuk mengakhiri hubungan ini.

Kemudian aku tersadar bahwa pacaran itu bukan perkara kuantitas, tapi kualitas. Tak peduli seberapa lama kita menjalin hubungan ini, namun apabila memang tak ada lagi cinta lalu untuk apa kita berjuang?

Hari berganti hari, aku berusaha menjalani semua senormal mungkin. Sampai pada hari aku bertemu dengan seseorang yang tak pernah aku sangka akan mampu membuyarkan semua usahaku untuk menjalani hidupku yang ku usahakan menjadi ‘normal’ itu.

Pria baik yang dekat dengan Tuhannya.


Pria cerdas dengan kemampuan bersosialisasi serta penempatan diri yang amat baik.


Pria yang murah senyum, berkepribadian tenang dan penyabar.


Seorang pria yang mampu menghangatkan suasana, seorang pria yang mampu menbuat suasana yang beku sekalipun menjadi begitu cair.


Seorang yang mau menerimaku tanpa mempermasalahkan masa laluku yang kelam.
Pria yang memperbolehkan diriku menjadi diri seutuhnya, yang memberikan tanggung jawab penuh untuk berbuat semauku, yang justru membuatku justru menjaga amanatnya untuk tidak kelewat batas.


Pria yang mampu menggetarkan kembali hatiku yang sempat kaku.
Menghidupkan kembali perasaanku yang sempat mati suri.


Adakah yang salah tentang hati yang mencinta? Kurasa tidak.

Hanya saja cara yang aku lakukan adalah salah.


Mungkin cinta ini yang tumbuh di waktu yang salah?


Atau pria itu datang disaat yang salah, atau mungkin waktu yang benar-benar tepat?



Entahlah.

Aku mencoba jujur dengan diriku sendiri, kepada siapa hatiku berlabuh. Sampai pada akhirnya aku harus memilih untuk meninggalkan dia yang telah menemaniku selama ini.



Aku perempuan jahat. Aku menghancurkan perasaan orang yang benar-benar tulus mencintaiku. Tapi aku tak mau lebih menyakitinya dengan menjalani hubungan dalam kepura-puraan.



Aku harus jujur dengan dia, dengan semesta.


Maafkan atas segala luka yang pernah aku berikan.

Aku sungguh minta maaf.





Silvi.

Saturday, January 11, 2014

what is love?

love?
what is love?
i think it's a complicated question to answer
because love has so many definition in every single mind.

you cant find the answer about what is love until you're the one who feels it.
you just know that is love
without any reason, without any question. its just happen on your heart.
cause basically, love doesn't need to be told
you just sure that what you feel is love.

my happiness? YOU.


for the other people, our togetherness is a mistake

they dont know whats really happen on us

let them wonder how we got this far

cause i dont really need to wonder at all

cause the happiness is what we aim for

not what they said or what they judge

for me, being in your side is more than happiness.
Taman Sari, Yogyakarta 5 Oktober 2013

Friday, January 10, 2014

Tentang Cinta dan Realita


 Sesingkat perbincangan di parkiran motor fakultas siang tadi, dengan seorang sahabat.

“kamu enak sama mas Reza. Lebih tua, lebih dewasa, masa depannya jelas. Lha aku sama dia? Dia lulusnya juga nggak tau kapan? Mau jadi apa juga belum jelas. Aku ajakin nikah muda juga masih ragu-ragu....”

“Emang mau nikah umur berapa? Ngebet amat!”

“Ya 23-an lah, paling enggak ya 25.”

“Kalo buat cowok mah umur 23 mau maried ya kemudaan. Masih masanya maen kesana-kesini, banyakin pengalaman.”

“Tapi kalo kelamaan nggak jelas gitu ya tak tinggal, Jo...”

“mmm.....ya itu pilihan sih. Males juga nunggu lama-lama, jadi perawan tua dong kita entar.”


Lalu kita sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.


Ini bukan perkara umur ideal untuk menikah. Bukan.
Di tulisan ini gue mau ngebahas tentang logika dan realitas. 
Bosen ngomongin cinta mulu.

Siapa bilang kalo cewek lebih pake perasaan daripada logika? Nyatanya nggak selamanya kaya gitu.
Ya ini sepengalaman gue sih.

Sebagai cewek yang menginjak usia 20 tahun tapi tetep unyu-unyu, menurut gue sah-sah aja kalo kita udah mikirin masa depan kita sama pasangan. Karena pada umumnya hubungan yang dijalin-tsailah dijalin, bahasa gua sok tua yee- adalah hubungan yang serius dan nggak main-main.

Wajar kok, wajaaaaarrr banget kalo kita mulai mikirin mau dibawa kemana hubungan yang dijalanin ini. Males juga buang-buang waktu untuk hal-hal yang  nggak jelas, umur udah segini masih main-main? Buat apa? Udah bukan masanya lagi.

Banyak hal yang jadi pertimbangan untuk memutuskan bahwa kita akan benar-benar serius pada satu orang. Banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk meyakinkan kita bahwa he is the one, seorang yang akan menemani kita, berjuang bersama, susah senang bersama dan ngejalanin sisa hidup bersama.

Salah satunya adalah apakah pasangan kita mampu memberikan penghidupan yang layak untuk kita dan anak-anak kita nantinya?   

Ya, lagi- lagi materi. Emang materi sebegitu pentingnya ya?
YA IYA LAH! Menurut Lo?
Jaman sekarang  gitu kan?
Jangan munafik lah.
Semua orang butuh duit, semuanya perlu duit.
 menurut gue materi itu penting, tapi bukan yang terpenting.
Kita emang nggak pernah tau masa depan orang akan seperti apa. Tapi paling enggak kita udah punya bayangan, gambaran dan penilaian sendiri. Jadi kita bisa lihat akan seperti apa kita nantinya kalau memutuskan untuk hidup bersama dengan seseorang. Nggak cuman cinta, kita hidup juga butuh materi.


Kalau aku ngelihat laki-laki.... yang pertama kali aku lihat adalah matanya, binar matanya. Menurut aku, dari binar matanya itulah aku bisa ngelihat bagaimana dia sebenernya. Apakah dia ngejalanin hidup dengan kepercayaan diri atau malah sebaliknya, apakah dia punya ‘pandangan’ yang luas apa enggak. Lihat aja si Al, anaknya Ahmad Dhani. Cewek mana yang nggak menjerit waktu ngelihat dia? Dia emang ganteng, ganteng banget malah. Tapi buat aku nggak menarik. Kenapa? Karena pas waktu dia diem, matanya kelihatan kosong. Pas di tanya dia jawabnya a-u-a-u nggak teges gitu. Males juga punya pacar ganteng tapi kalo diajak ngobrol nggak nyambung. Sumpah paragraf ini bener-bener nggak nyambung dari bahasan awal. Oke, kembali ke topik.


Untuk aku, nggak terlalu penting darimana dia berasal. Apakah dia anak orang kaya atau enggak. Yang penting ya Dia-nya sendiri. Bagaimana dia menempatkan prioritas hidupnya, bagaimana usahanya untuk meraih imipiannya, serius enggaknya dia ngerjain sesuatu, rajin enggaknya dia dan tanggung jawabnya. Sedikit banyak itulah yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya kelak.

Nggak ada ceritanya orang yang males-malesan ujug-ujug jadi kaya raya. Nolongin kakek-kakek gelandangan yang ternyata konglomerat terus diwarisin semua hartanya kemudian jadi kaya raya. Jangan ngimpi.... itu cuman ada di sinetron!


Bukan pria stylish yang selalu memperhatikan penampilan yang aku suka, tapi pria yang mengerti bagaimana menempatkan diri dengan baik.

Bukan pria dengan kata-kata manis romantis yang aku mau, tapi pria bijak yang tahu kapan harus diam dan kapan harus bicara.

Bukan pria yang hanya punya banyak mimpi, tapi juga mampu berpikir logis, yang cerdas pemikirannya, yang tegas tindakannya dan yang teguh pendirinnya.

Bukan pria yang mau enaknya aja, tapi pria yang mau berusaha, pekerja keras yang pantang menyerah.

Ketika sudah bertemu dengan pria seperti itu, paling enggak aku udah merasa bahwa aku berjuang dengan orang yang tepat.
Berusaha sama-sama dari bawah untuk membangun masa depan kita sendiri.

Jadi cewek juga harus gitu, jangan mau enaknya aja.
Kerjaannya cuma leyeh-leyeh doang, di suruh kerja dikit nggak mau, susah dikit ngeluh.
Jangan manja.
Kalau mau dapet suami yang bisa nyari dan ngasih duit banyak ya jangan cuma modal cantik sama selangkangan doang.
Paling nggak harus bisa ngurusin suami, ngurusin anak, ngurusin rumah dan sebagainya.
Sukur-sukur bisa nyari duit sendiri, jadi bisa beli apa-apa sendiri.
Nggak melulu minta suami.
Kebutuhan hidup jaman sekarang mahal-mahal sist.


Cewek tuh matre ya?
Heellllaaaawwww....
Manusia mana sih yang nggak matre? Coba sini kasih liat gue.
Ini bukan perkara matre atau enggak,Bro.
Ini realitas, kita juga bisa kali mikir pake logika.
Hidup nggak melulu tentang cinta, kita juga perlu ngelihat realitas yang ada. Paling nggak kita mencintai seseorang yang nggak hanya modal cinta doang, tapi juga yang mau berusaha untuk meraih bahagia.

Untuk masa sekarang, coba lihat pacar kamu. Apa dia bener-bener serius kalo kuliah?

Untuk ukuran mahasiswa kaya aku ini...menilai cowok itu serius, pekerja keras dan tanggung jawab itu ya cukup lihat gimana dia nyelesein pendidikannya.

Skripsi adalah tanggung jawab pertama yang harus di selesaikan di masa dewasa. Kalau dia nggak bisa nyelesein tanggung jawab skripsinya itu, gimana dia ngadepin tanggung jawab lainnya yang lebih besar dan lebih berat di masa depan?


cinta adalah hal paling indah yang kadang membutakan, karena itu berpikir logis dan realistis itu perlu.



silvi,
remaja yang masa pubernya udah hampir abis.