Sesingkat perbincangan di parkiran motor fakultas siang tadi, dengan seorang sahabat.
“kamu enak sama mas Reza. Lebih tua, lebih dewasa, masa depannya jelas. Lha aku sama dia? Dia lulusnya juga nggak tau kapan? Mau jadi apa juga belum jelas. Aku ajakin nikah muda juga masih ragu-ragu....”
“Emang mau nikah umur berapa? Ngebet amat!”
“Ya 23-an lah, paling enggak ya 25.”
“Kalo buat cowok mah umur 23 mau maried ya kemudaan. Masih masanya maen kesana-kesini, banyakin pengalaman.”
“Tapi kalo kelamaan nggak jelas gitu ya tak tinggal, Jo...”
“mmm.....ya itu pilihan sih. Males juga nunggu lama-lama, jadi perawan tua dong kita entar.”
Lalu kita sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.
Ini bukan perkara umur ideal untuk menikah. Bukan.
Di tulisan ini gue mau ngebahas tentang logika dan realitas.
“kamu enak sama mas Reza. Lebih tua, lebih dewasa, masa depannya jelas. Lha aku sama dia? Dia lulusnya juga nggak tau kapan? Mau jadi apa juga belum jelas. Aku ajakin nikah muda juga masih ragu-ragu....”
“Emang mau nikah umur berapa? Ngebet amat!”
“Ya 23-an lah, paling enggak ya 25.”
“Kalo buat cowok mah umur 23 mau maried ya kemudaan. Masih masanya maen kesana-kesini, banyakin pengalaman.”
“Tapi kalo kelamaan nggak jelas gitu ya tak tinggal, Jo...”
“mmm.....ya itu pilihan sih. Males juga nunggu lama-lama, jadi perawan tua dong kita entar.”
Lalu kita sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.
Ini bukan perkara umur ideal untuk menikah. Bukan.
Di tulisan ini gue mau ngebahas tentang logika dan realitas.
Bosen ngomongin cinta mulu.
Siapa bilang kalo cewek lebih pake perasaan daripada logika? Nyatanya nggak selamanya kaya gitu.
Ya ini sepengalaman gue sih.
Sebagai cewek yang menginjak usia 20 tahun tapi tetep unyu-unyu, menurut gue sah-sah aja kalo kita udah mikirin masa depan kita sama pasangan. Karena pada umumnya hubungan yang dijalin-tsailah dijalin, bahasa gua sok tua yee- adalah hubungan yang serius dan nggak main-main.
Wajar kok, wajaaaaarrr banget kalo kita mulai mikirin mau dibawa kemana hubungan yang dijalanin ini. Males juga buang-buang waktu untuk hal-hal yang nggak jelas, umur udah segini masih main-main? Buat apa? Udah bukan masanya lagi.
Banyak hal yang jadi pertimbangan untuk memutuskan bahwa kita akan benar-benar serius pada satu orang. Banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk meyakinkan kita bahwa he is the one, seorang yang akan menemani kita, berjuang bersama, susah senang bersama dan ngejalanin sisa hidup bersama.
Salah satunya adalah apakah pasangan kita mampu memberikan penghidupan yang layak untuk kita dan anak-anak kita nantinya?
Ya, lagi- lagi materi. Emang materi sebegitu pentingnya ya?
YA IYA LAH! Menurut Lo?
Jaman sekarang gitu kan?
Jangan munafik lah.
Semua orang butuh duit, semuanya perlu duit.
Siapa bilang kalo cewek lebih pake perasaan daripada logika? Nyatanya nggak selamanya kaya gitu.
Ya ini sepengalaman gue sih.
Sebagai cewek yang menginjak usia 20 tahun tapi tetep unyu-unyu, menurut gue sah-sah aja kalo kita udah mikirin masa depan kita sama pasangan. Karena pada umumnya hubungan yang dijalin-tsailah dijalin, bahasa gua sok tua yee- adalah hubungan yang serius dan nggak main-main.
Wajar kok, wajaaaaarrr banget kalo kita mulai mikirin mau dibawa kemana hubungan yang dijalanin ini. Males juga buang-buang waktu untuk hal-hal yang nggak jelas, umur udah segini masih main-main? Buat apa? Udah bukan masanya lagi.
Banyak hal yang jadi pertimbangan untuk memutuskan bahwa kita akan benar-benar serius pada satu orang. Banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk meyakinkan kita bahwa he is the one, seorang yang akan menemani kita, berjuang bersama, susah senang bersama dan ngejalanin sisa hidup bersama.
Salah satunya adalah apakah pasangan kita mampu memberikan penghidupan yang layak untuk kita dan anak-anak kita nantinya?
Ya, lagi- lagi materi. Emang materi sebegitu pentingnya ya?
YA IYA LAH! Menurut Lo?
Jaman sekarang gitu kan?
Jangan munafik lah.
Semua orang butuh duit, semuanya perlu duit.
menurut gue materi itu penting, tapi bukan yang terpenting.
Kita emang nggak pernah tau masa depan orang akan seperti apa. Tapi paling enggak kita udah punya bayangan, gambaran dan penilaian sendiri. Jadi kita bisa lihat akan seperti apa kita nantinya kalau memutuskan untuk hidup bersama dengan seseorang. Nggak cuman cinta, kita hidup juga butuh materi.
Kalau aku ngelihat laki-laki.... yang pertama kali aku lihat adalah matanya, binar matanya. Menurut aku, dari binar matanya itulah aku bisa ngelihat bagaimana dia sebenernya. Apakah dia ngejalanin hidup dengan kepercayaan diri atau malah sebaliknya, apakah dia punya ‘pandangan’ yang luas apa enggak. Lihat aja si Al, anaknya Ahmad Dhani. Cewek mana yang nggak menjerit waktu ngelihat dia? Dia emang ganteng, ganteng banget malah. Tapi buat aku nggak menarik. Kenapa? Karena pas waktu dia diem, matanya kelihatan kosong. Pas di tanya dia jawabnya a-u-a-u nggak teges gitu. Males juga punya pacar ganteng tapi kalo diajak ngobrol nggak nyambung. Sumpah paragraf ini bener-bener nggak nyambung dari bahasan awal. Oke, kembali ke topik.
Untuk aku, nggak terlalu penting darimana dia berasal. Apakah dia anak orang kaya atau enggak. Yang penting ya Dia-nya sendiri. Bagaimana dia menempatkan prioritas hidupnya, bagaimana usahanya untuk meraih imipiannya, serius enggaknya dia ngerjain sesuatu, rajin enggaknya dia dan tanggung jawabnya. Sedikit banyak itulah yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya kelak.
Nggak ada ceritanya orang yang males-malesan ujug-ujug jadi kaya raya. Nolongin kakek-kakek gelandangan yang ternyata konglomerat terus diwarisin semua hartanya kemudian jadi kaya raya. Jangan ngimpi.... itu cuman ada di sinetron!
Bukan pria stylish yang selalu memperhatikan penampilan yang aku suka, tapi pria yang mengerti bagaimana menempatkan diri dengan baik.
Kalau aku ngelihat laki-laki.... yang pertama kali aku lihat adalah matanya, binar matanya. Menurut aku, dari binar matanya itulah aku bisa ngelihat bagaimana dia sebenernya. Apakah dia ngejalanin hidup dengan kepercayaan diri atau malah sebaliknya, apakah dia punya ‘pandangan’ yang luas apa enggak. Lihat aja si Al, anaknya Ahmad Dhani. Cewek mana yang nggak menjerit waktu ngelihat dia? Dia emang ganteng, ganteng banget malah. Tapi buat aku nggak menarik. Kenapa? Karena pas waktu dia diem, matanya kelihatan kosong. Pas di tanya dia jawabnya a-u-a-u nggak teges gitu. Males juga punya pacar ganteng tapi kalo diajak ngobrol nggak nyambung. Sumpah paragraf ini bener-bener nggak nyambung dari bahasan awal. Oke, kembali ke topik.
Untuk aku, nggak terlalu penting darimana dia berasal. Apakah dia anak orang kaya atau enggak. Yang penting ya Dia-nya sendiri. Bagaimana dia menempatkan prioritas hidupnya, bagaimana usahanya untuk meraih imipiannya, serius enggaknya dia ngerjain sesuatu, rajin enggaknya dia dan tanggung jawabnya. Sedikit banyak itulah yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya kelak.
Nggak ada ceritanya orang yang males-malesan ujug-ujug jadi kaya raya. Nolongin kakek-kakek gelandangan yang ternyata konglomerat terus diwarisin semua hartanya kemudian jadi kaya raya. Jangan ngimpi.... itu cuman ada di sinetron!
Bukan pria stylish yang selalu memperhatikan penampilan yang aku suka, tapi pria yang mengerti bagaimana menempatkan diri dengan baik.
Bukan pria dengan kata-kata manis romantis yang aku mau, tapi pria bijak yang tahu kapan harus diam dan kapan harus bicara.
Bukan pria yang hanya punya banyak mimpi, tapi juga mampu berpikir logis, yang cerdas pemikirannya, yang tegas tindakannya dan yang teguh pendirinnya.
Bukan pria yang mau enaknya aja, tapi pria yang mau berusaha, pekerja keras yang pantang menyerah.
Ketika sudah bertemu dengan pria seperti itu, paling enggak aku udah merasa bahwa aku berjuang dengan orang yang tepat.
Berusaha sama-sama dari bawah untuk membangun masa depan kita sendiri.
Jadi cewek juga harus gitu, jangan mau enaknya aja.
Kerjaannya cuma leyeh-leyeh doang, di suruh kerja dikit nggak mau, susah dikit ngeluh.
Jangan manja.
Kalau mau dapet suami yang bisa nyari dan ngasih duit banyak ya jangan cuma modal cantik sama selangkangan doang.
Paling nggak harus bisa ngurusin suami, ngurusin anak, ngurusin rumah dan sebagainya.
Sukur-sukur bisa nyari duit sendiri, jadi bisa beli apa-apa sendiri.
Nggak melulu minta suami.
Kebutuhan hidup jaman sekarang mahal-mahal sist.
Cewek tuh matre ya?
Heellllaaaawwww....
Manusia mana sih yang nggak matre? Coba sini kasih liat gue.
Ini bukan perkara matre atau enggak,Bro.
Ini realitas, kita juga bisa kali mikir pake logika.
Hidup nggak melulu tentang cinta, kita juga perlu ngelihat realitas yang ada. Paling nggak kita mencintai seseorang yang nggak hanya modal cinta doang, tapi juga yang mau berusaha untuk meraih bahagia.
Untuk masa sekarang, coba lihat pacar kamu. Apa dia bener-bener serius kalo kuliah?
Untuk ukuran mahasiswa kaya aku ini...menilai cowok itu serius, pekerja keras dan tanggung jawab itu ya cukup lihat gimana dia nyelesein pendidikannya.
Skripsi adalah tanggung jawab pertama yang harus di selesaikan di masa dewasa. Kalau dia nggak bisa nyelesein tanggung jawab skripsinya itu, gimana dia ngadepin tanggung jawab lainnya yang lebih besar dan lebih berat di masa depan?
cinta adalah hal paling indah yang kadang membutakan, karena itu berpikir logis dan realistis itu perlu.
silvi,
remaja yang masa pubernya udah hampir abis.
No comments:
Post a Comment